MATA KULIAH DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN
(PTN 200)
PENYAKIT ANTRAKNOSA [Colletotrichum gleosporiodez (Penz)
Sacc.] PADA ANGGREK (Arachinis sp.)
OLEH
KELOMPOK 1:
M Dahri Zikri Purba (A24100147)
Prihardini Mufti (A24100190)
Suci Novilani Suganda (A44110013)
Agung Govinda Arisudana (A44110044)
Rizka Irsalina (A44110050)
DOSEN:
Dr.
SUPRAMANA
ASISTEN
PRAKTIKUM:
1. WIRATAZIA
EL CHENTA (A34100010)
2. LUTFI
NURHADI (A34100057)
DEPARTEMEN
PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Tanaman
hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun
luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman
berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka
ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak
dikoleksi.
Anggrek
merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan
penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias dan banyak yang menggemarinya
karena bunganya sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas (Salinger
1985). Anggrek memiliki
bentuk,
warna dan ukuran yang
beraneka ragam seperti anggrek yang memiliki bibir hitam
sampai bergaris, ada yang berbau sampai yang tidak berbau. Itulah beberapa
karakteristik anggrek yang menyebabkan anggrek menjadi salah satu tanaman hias
yang memiliki permintaan yang tinggi di pasar dunia. Anggrek biasa dijual
sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis
anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon
hutan, dari Sumatera hingga Papua (Balithi 2007) membuat anggrek memiliki nilai
estetika tinggi dan daya tarik tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya
sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri.
Tanaman
anggrek banyak digunakan oleh orang-orang sebagai tanaman hias untuk
memperindah taman ataupun pekarangan rumah dan jika dijual harganyapun cukup
tinggi. Akan tetapi dewasa ini sering ditemukan hama dan penyakit yang
menyerang anggrek sehingga merusak keindahannya.
Kondisi
musim hujan yang ekstrim di Indonesia dengan di tandai curah hujan yang tinggi
dan kelembapan yang tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah
satunya adalah penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak
banyak membahas dan meliput
serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang dapat mengakibatkan gagal panen yang dapat merugikan petani.
Anggrek yang digunakan tentunya
harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan
kerusakan pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang.
1.2.Tujuan
1.
Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan serta meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses
kerja secara nyata.
2.
Memenuhi prasyarat praktikum Dasar-Dasar
Proteksi Tanaman.
II.
PEMBAHASAN
Kondisi musim hujan yang ekstrim di
Indonesia ditandai dengan curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang
tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh
jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah satunya adalah
penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak banyak
membahas dan meliput serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang mengakibatkan gagal panen sehingga merugikan petani.
Anggrek yang dibudidayakan tentunya
harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan kerusakan
pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang. Selain itu pada gejala
serangan Antraknosa pada daun Bulbophyllum yang meluas dapat mengakibatkan
kematian pada tanaman anggrek. Antraknosa atau biasa disebut Antrachnose
menurut Prof. Haryono Semangun (1994) disebabkan oleh jamur Colletotrichum
gloeosparioides (panz.) Sacc. Pada daun atau batang semu mula-mula timbul
bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak
menjadi coklat dan mempunyai
bintik-bintik hitam terdiri dari tubuh buah (Aservulus) cendawan. Pada umumnya
bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan
lembab, badan buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Pada bunga
gejala dapat dilihat dengan terjadniya bercak coklat kecil-kecil, yang membesar
dan bersatu sehingga menyelimuti seluruh bagian bunga. Daun yang terserang akan
gugur akhirnya umbi akan gundul dan akan merusak keindahan bunga yang akhirnya
menurunkan nilai jual bahkan tidak dapat dijual.
Antraknosa pada daun Bulbophyllum
yaitu penyakit ini dapat menyerang anggrek dari Genus Dendrobium, Phalaenopsis,
Cattleya, Oncidium, Coelogyne, Bulbophyllum dan
lain-lain. Dengan kata lain, penyakit ini dapat menyebar luas pada genus-genus
anggrek yang biasa di budidayakan. Cara penyerangan dan penyebaran dari
penyakit ini dapat diakibatkan dari kelembaban disekitar pertanaman yang tinggi sedangkan aerasi (siklus
udara) kurang, pori-pori daun atau luka pada pertanaman, percikan air atau
akibat serangan serangga sebelumnya. Penyebab antraknosa adalah cendawan, maka
tindakan pencegahannya adalah memusnahkan tanaman yang terserang, dan tidak
memegang tanaman yang sehat sehabis memegang tanaman sakit, menggunakan rotasi tanaman yang baik, dan pengaturan jarak tanam agar lingkungan tidak terlalu lembab. Sanitasi dan drainase yang benar melakukan perawatan yang
sebaik-baiknya, termasuk menjaga kondisi lingkungan agar jangan terlalu lembap. Secara fisik tanaman pun dapat
mengakibatkan serangan penyakit tersebut. Seperti tanaman terkena luka bakar
(plasmolisis) akibat sinar matahari, tanaman terlalu subur diakibatkan terlalu
banyak pemberian pupuk Nitrogen (N). Jika antraknosa sudah menghebat, semprot
dengan fungisida seperti Kocide 77 WP atau Cupravit OB21. Dosis dan aturan
lainnya dapat dibaca pada label kemasan fungisida.
Antraknosa pada daun Phalaenopsis pengendalian
penyakit ini alangkah baiknya dengan cara yang bijaksana. Bukan saja
mengandalkan fungisida (anti jamur) berbahan aktif benomyl, zineb dan atau
mancozeb. Tapi harus mengusahakan kondisi lingkungan yang tidak menyebabkan
penyebaran penyakit. Seperti pertanaman tidak terlalu rapat, aerasi baik dengan
kondisi tersebut kelembapan dapat meningkat, tidak menyiram pada saat
kelembapan tinggi contohnya saat hujan atau mendung, tidak menyiram saat media
masih basah. Selain itu dari teknik budidaya seperti menggunakan pupuk yang NPK
berimbang dan tidak berlebihan, memotong bagian tanaman yang terserang agak
tidak menyebar dan lakukan karantina dengan memisahkan dengan tanaman yang
sehat. Untuk menghasilkan anggrek yang berkualitas baik, tentunya perhatian dan
perawatan mutlak diperlukan. Penyakit tidak akan menyerang jika tepat perawatan
dan tepat lingkungan.
III.
LAMPIRAN
Gambar 1. Antraknosa pada daun
Bulbophyllum
Gambar 2. Antraknosa pada daun
Phalaenopsis
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Penyakit Antraknosa Tanaman Anggrek. http://simple420.blogspot.com/2013/02/antraknosa-colletotrichum.html#ixzz2Ow4vq1KO
[16 April 2013]
Haryono
Semangun. 1994. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM
Press. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar