Jumat, 21 Juni 2013

PENYAKIT ANTRAKNOSA [Colletotrichum gleosporiodez (Penz) Sacc.] PADA ANGGREK (Arachinis sp.)



LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN (PTN 200)

PENYAKIT ANTRAKNOSA [Colletotrichum gleosporiodez (Penz) Sacc.] PADA ANGGREK (Arachinis sp.)
OLEH
KELOMPOK 1:
M Dahri Zikri Purba (A24100147)
Prihardini Mufti (A24100190)
Suci Novilani Suganda (A44110013)
Agung Govinda Arisudana (A44110044)
Rizka Irsalina (A44110050)
LOGO IPB.jpg

DOSEN:
Dr. SUPRAMANA

ASISTEN PRAKTIKUM:
1.      WIRATAZIA EL CHENTA    (A34100010)
2.      LUTFI NURHADI                   (A34100057)



DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


I.                  PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
            Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
            Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias dan banyak yang menggemarinya karena bunganya sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas (Salinger 1985). Anggrek memiliki bentuk, warna dan ukuran yang beraneka ragam seperti anggrek yang memiliki bibir hitam sampai bergaris, ada yang berbau sampai yang tidak berbau. Itulah beberapa karakteristik anggrek yang menyebabkan anggrek menjadi salah satu tanaman hias yang memiliki permintaan yang tinggi di pasar dunia. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua (Balithi 2007) membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri.
            Tanaman anggrek banyak digunakan oleh orang-orang sebagai tanaman hias untuk memperindah taman ataupun pekarangan rumah dan jika dijual harganyapun cukup tinggi. Akan tetapi dewasa ini sering ditemukan hama dan penyakit yang menyerang anggrek sehingga merusak keindahannya.
            Kondisi musim hujan yang ekstrim di Indonesia dengan di tandai curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah satunya adalah penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak banyak membahas dan meliput serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang dapat mengakibatkan gagal panen  yang dapat merugikan petani.
            Anggrek yang digunakan tentunya harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan kerusakan pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang.

1.2.Tujuan
1.      Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.
2.      Memenuhi prasyarat praktikum Dasar-Dasar Proteksi Tanaman.




II.               PEMBAHASAN


Kondisi musim hujan yang ekstrim di Indonesia ditandai dengan  curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah satunya adalah penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak banyak membahas dan meliput serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang mengakibatkan gagal panen sehingga merugikan petani.
Anggrek yang dibudidayakan tentunya harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan kerusakan pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang. Selain itu pada gejala serangan Antraknosa pada daun Bulbophyllum yang meluas dapat mengakibatkan kematian pada tanaman anggrek. Antraknosa atau biasa disebut Antrachnose menurut Prof. Haryono Semangun (1994) disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosparioides (panz.) Sacc. Pada daun atau batang semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam terdiri dari tubuh buah (Aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan lembab, badan buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Pada bunga gejala dapat dilihat dengan terjadniya bercak coklat kecil-kecil, yang membesar dan bersatu sehingga menyelimuti seluruh bagian bunga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul dan akan merusak keindahan bunga yang akhirnya menurunkan nilai jual bahkan tidak dapat dijual.
Antraknosa pada daun Bulbophyllum yaitu penyakit ini dapat menyerang anggrek dari Genus Dendrobium, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium, Coelogyne, Bulbophyllum dan lain-lain. Dengan kata lain, penyakit ini dapat menyebar luas pada genus-genus anggrek yang biasa di budidayakan. Cara penyerangan dan penyebaran dari penyakit ini dapat diakibatkan dari kelembaban disekitar pertanaman yang tinggi sedangkan aerasi (siklus udara) kurang, pori-pori daun atau luka pada pertanaman, percikan air atau akibat serangan serangga sebelumnya. Penyebab antraknosa adalah cendawan, maka tindakan pencegahannya adalah memusnahkan tanaman yang terserang, dan tidak memegang tanaman yang sehat sehabis memegang tanaman sakit, menggunakan rotasi tanaman yang baik, dan pengaturan jarak tanam agar lingkungan tidak terlalu lembab. Sanitasi dan drainase yang benar melakukan perawatan yang sebaik-baiknya, termasuk menjaga kondisi lingkungan agar jangan terlalu lembap. Secara fisik tanaman pun dapat mengakibatkan serangan penyakit tersebut. Seperti tanaman terkena luka bakar (plasmolisis) akibat sinar matahari, tanaman terlalu subur diakibatkan terlalu banyak pemberian pupuk Nitrogen (N). Jika antraknosa sudah menghebat, semprot dengan fungisida seperti Kocide 77 WP atau Cupravit OB21. Dosis dan aturan lainnya dapat dibaca pada label kemasan fungisida.
Antraknosa pada daun Phalaenopsis pengendalian penyakit ini alangkah baiknya dengan cara yang bijaksana. Bukan saja mengandalkan fungisida (anti jamur) berbahan aktif benomyl, zineb dan atau mancozeb. Tapi harus mengusahakan kondisi lingkungan yang tidak menyebabkan penyebaran penyakit. Seperti pertanaman tidak terlalu rapat, aerasi baik dengan kondisi tersebut kelembapan dapat meningkat, tidak menyiram pada saat kelembapan tinggi contohnya saat hujan atau mendung, tidak menyiram saat media masih basah. Selain itu dari teknik budidaya seperti menggunakan pupuk yang NPK berimbang dan tidak berlebihan, memotong bagian tanaman yang terserang agak tidak menyebar dan lakukan karantina dengan memisahkan dengan tanaman yang sehat. Untuk menghasilkan anggrek yang berkualitas baik, tentunya perhatian dan perawatan mutlak diperlukan. Penyakit tidak akan menyerang jika tepat perawatan dan tepat lingkungan.




III.           LAMPIRAN


http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/bulb.jpg?w=225&h=300http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/antraknosa_2.jpg?w=300&h=225
Gambar 1. Antraknosa pada daun Bulbophyllum
http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/antraknosa_4.jpg?w=225&h=300
Gambar 2. Antraknosa pada daun Phalaenopsis



IV.            DAFTAR PUSTAKA


Anonim.  2009. Penyakit Antraknosa Tanaman Anggrek. http://simple420.blogspot.com/2013/02/antraknosa-colletotrichum.html#ixzz2Ow4vq1KO [16 April 2013]
Haryono Semangun. 1994. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar