Jumat, 21 Juni 2013

LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN



LAPORAN FIELDTRIP PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN

Oleh :
Agung Govinda Arisudana / A44110044



Dosen :
Dr. Supramana

Asisten Praktikum :
1.      Wirathazia El Chenta / A34100010
2.      Lutfi Nurhadi / A34100057


Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2013


PENDAHULUAN
Latar Belakang
        Kehidupan manusia sangat bergantung pada tumbuhan, begitu pula pada makhluk lain yang tidak berhijau daun. Sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan, salah-satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruhi pada besarnya hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan tanaman (Pracaya.1999).
            Sebagai seorang landscaper yang merencanakan, merancang, dan mengelola, penyakit menjadi salah satu musuh utama tanaman yang harus diwaspadai sejak awal oleh seorang landscaper. pada proses pengeolaan, kegiatan pemeliharaan tanaman harus sangan intesdif dilakukan agar segala sesuatu kejadian yang tidak diinginkan agar tidak terjadi.
            Pemeliharaan taman perlu dilakukan secara terus menerus dalam upaya menjaga dan merawat taman beserta elemen dan fasilitas di dalamnya. Jadwal pemeliharaan taman sangat penting dalam pelaksanaan pemeliharaan di lapang. Rincian mengenai kegiatan pemeliharaan dibuat oleh Seksi Taman Kota/Lingkungan. Seluruh kegiatan di lapang idealnya mengacu pada jadwal pemeliharaan yang telah dibuat sehingga kualitas taman akan tetap terjaga. Pekerjaan pemeliharaan terbagi atas pemeliharaan soft material dan pemeliharaan hard material. Pemeliharaan soft material meliputi pembersihan area taman, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pendangiran dan penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman, sedangkan pemeliharaan hard material yang dilakukan meliputi pemeliharan perkerasan, pemeliharaan bangunan taman, pemeliharaan rambu taman, pembersihan kolam, dan pemeliharaan lampu taman. Keberhasilan dalam pemeliharaan dipengaruhi oleh sumber daya manusia sebagai tenaga kerja pelaksana pemeliharaan. Dari hasil perhitungan kapasitas kerja pemelihara taman di Taman Menteng yang dibandingkan dengan kapasitas kerja efektif dari literatur, kegiatan pemeliharaan taman di Taman Menteng ada yang dilakukan secara efektif dan tidak efektif. Masalah yang menghambat efektivitas kerja pemelihara taman dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah kurangnya motivasi dan inisiatif dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan serta pemelihara taman tidak melakukan pekerjaan secara optimal, ditunjukkan dengan melakukan pekerjaan lain selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, seperti merokok, mengobrol, atau beristirahat pada jam kerja.

Tujuan
            Adapun tujuan yang inging dicapai dalam fieldtrip Praktikun Dasar-Dasar Proteksi Tanaman, antara lain :
1.      mampu mengenali penyakit tumbuhan melalui gejala fisik
2.      mampu memilih tindakan atas serangan penyakit




HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
No
Nama Penyakit
Patogen
Inang
gambar
1
Akar Merah
Ganoderma sp
· ki hujan

2
Jamur Upas
Upasia salmonicolor
· Biola Cantik
· Karet


3
Tali Putri
Cassytha filiformis L
· tanaman pagar

4
Benalu
· durian

http://nimadesriandani.files.wordpress.com/2011/04/benalu.jpg
5
Kanker Batang
Corticium salmonicolor
· biola cantik
6
Busuk Batang

· ki hujan


Pembahasan
            Penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai gagalnya sel atau jaringan melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya akibat gangguan terus–menerus oleh gen atau penyebab primer dan menimbulkan gejala. Sementara itu gejala penyakit adalah kelainan atau penyimpangan keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan dapat dilihat oleh mata telanjang. Menurut sifatnya gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenali dengan panca indra (lihat,raba,cium). Sedangkan gejala histologi adalah penyimpangan pada tanaman yang dapat diketahui melalui pemeriksaan mikroskop terhadap jaringan tanaman yang sakit. (Haryono, 1996).
            Penyakit jamur akar merah (Ganoderma sp.) menyerang dan menyebabkan kerusakan yang serius, bahkan kematian yang cukup besar pada tanaman Acacia mangium. Kerusakan yang timbul dianggap sebagai penyakit utama pada tanaman A. mangium umur 3 tahun dan menyebabkan kerusakan sebesar 40% dari total tanaman umur 8 tahun. Kerusakan yang pada daur kedua dilaporkan lebih parah dan lebih awal menyerang tanaman dibandingkan serangan pada tegakan daur pertama. Gejala serangan penyakit ini berupa daun menguning, layu dan gugur sehingga pohon menjadi gundul. Akar pada tanaman yang sakit tertutupi hifa dari jamur Ganoderma sp yang berwarna coklat kemerahan yang terlihat sangat jelas ketika akar dibersihkan dari tanah yang menempel. Bila serangan sudah sampai pada taraf lanjut, akan muncul badan buah fungi pada batang tanaman. Badan buah Ganoderma sp seperti kuku kuda, tipis, keras, berkayu, permukaan bawah berwarna putih, bagian atas tengah berwarna coklat dan dapat mencapai ukuran 40 cm (Semangun,1991 dalam Kurniawan, 2008).
            Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara pembersihan tonggak pohon-pohon pada lokasi yang telah terserang, pembuatan parit isolasi, serta penggunaan pestisida (Anonim, 2008). Agen pengendali hayati yang sudah dikembangkan dewasa ini diantaranya adalah Trichoderma spp, Gliocladium spp, Pseudomonas fluorescens, Bacillus subtilis dan lain-lain. Pada penelitian yang telah dilakukan Trichoderma sp efektif menghambat perkembangan jamur Ganoderma speudoferreum (patogen akar merah pada tanaman akasia, karet dan teh) dan jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus sp pada skala laboratorium .
            Jamur upas (Upasia salmonicolor (Berk. et Br.) Tjok.) adalah jamur penyebab penyakit upas atau mati cabang/ranting. Penyakit ini biasanya menyerang pohon perkebunan dan buah budidaya di daerah tropis, terutama di musim penghujan. Gejala penyakit ini, matinya pepagan batang dan tampak mengering. Pada awalnya bagian yang terserang tampak keperakan, lalu beralih merah jambu. Pada saat ini miselia jamur telah menyerang pada jaringan korteks kulit kayu. Sehingga mempengaruhi populasi tanaman per hektar, dan hasil yang diperoleh tidak optimal, kerugian secara tepat memang sulit untuk ditentukan, tetapi penyakit ini berarti penting dan kadang – kadang sangat merugikan        . Kelembaban dan cahaya yang kurang pada percabangan tanaman mendorong perkem bangan penyakit. Patogen ini masuk dengan penetrasi langsung. Penyebaran terjadi oleh karena kelembaban yang tinggi pada ranting, adanya percikan air, pengairan atau hujan.
            Gejala timbul pada batang atau ranting yang dilapisi benang – benang mengkilap seperti sarang laba - laba (stadium membenang) berwarna merah muda. Perkembangan selanjutnya jamur masuk dalam kulit menyebabkan kulit membusuk. Terdapat bintil spora jamur (stadium membintil). Pada tahap ini biasanya menyebabkan daun - daun menjadi gugur, ranting dan cabang terserang dapat mengalami kematian. Pada stadium lebih parah menyebabkan permukaan pada kulit terserang yang berwarna merah jambu (stadium kortisium) berubah menjadi abu – abu. Lapisan miselium membentuk bercak-bercak tak beraturan seperti kerak (stadium nekator).Adapun cara pengendalian penyakit ini, yaitu: pengendalian Secara dan Mekanis: Memangkas tanaman pelindung atau bagian tanaman yang tidak produktif atau sudah mati agar tingkat kelembaban kebun berkurang; Memotong cabang yang terserang dan memusnahkannya/ dibakar; Pada serangan belum parah, atasi dengan mengerok kulit dan bagian kayu yang terinfeksi cendawan serta beri pengapuran. Pengendalian Secara Kimiawi  : Pengendalian jamur upas dapat dilakukan dengan cara mengolesi cabang yang terserang dengan Bubur Bordeaux, Carbolineum plantarum atau dengan penggunaan fungisida sesuai anjuran.
            Tali Putri (Cassytha filiformis L.) adalah tumbuhan parasit, kelangsungan hidup tali putri sangat bergantung pada tumbuhan lain. Tumbuhan ini tidak berakar dan tidak menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti halnya tumbuhan hijau daun. Ia hanya melilitkan sulurnya, lalu mengisap saripati makanan dari tumbuhan inang. Sifat parasitnya sudah diperlihatkan sejak beberapa hari pertama dalam kehidupannya. Kantung makanan yang terdapat pada bijinya hanya cukup memberi makan selama beberapa hari saja dan memperpanjang batang hingga 4 inci atau 10 sentimeter. Karenanya, ketika tunas pertama kali muncul di tanah, tali putri hanya punya dua pilihan, diam tapi mati perlahan atau segera mencari tumbuhan inang untuk kemudian “menempel” tumbuhan tersebut. Pengendaliannya dengan cara pemangkasan tanaman yang telah terinfeksi dan membakar hasil pemangkasan tersebut agar tidak terdapat sisa parasit yang bisa mengakibatkan infeksi pada individu tanaman lain.
            Benalu (Loranthus, suku Loranthaceae) adalah sekelompok tumbuhan parasit obligat yang hidup dan tumbuh pada batang (dahan) pohon tumbuhan lain. Benalu dapat dijumpai dengan mudah pada pohon-pohon besar di daerah tropis. Biji tumbuhan ini pada buahnya menghasilkan getah seperti lem berbentuk jeli yang lengket. Penyebaran tumbuhan ini terjadi dibantu oleh burung, apabila burung memakan buah dan bijinya lalu mengekskresikan pada dahan pohon, bijinya yang lengket akan menempel pada dahan pohon selanjutnya akan berkecambah dan benalu muda mulai tumbuh.
Kanker batang (Stem Cancer) adalah penyakit yang menyerang batang pokok tanaman.Kerusakan ini sangat merugikan karena rusaknya struktur kayu dan pada kerusakan tingkat lanjut tanaman tidak dapat dimanfaatkan.Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh iklim mikro tegakan hutan.Patogen penyebab kanker lebih aktif pada daerah yang curah hujannya tinggi sehingga tanaman lebih rentan.Penyakit kanker berasosiasi dengan jamur upas (pink disease) yang disebabkan oleh Corticium salmonicolor.
Tanaman yang terserang kanker batang akan mengalami kerusakan pada batang pokok. Kerusakan berupa benjolan/pembengkakan jaringan batang dan serat kayu mengalami kerusakan. Pada kerusakan tingkat lanjut batang akan mengalami pembengkakan dari pangkal sampai batang bebas cabang. Cara Pengendaliannya, salah satu cara mencegah penyebaran serangan adalah dengan memutus kontak antar akar pohon penyusun hutan. Pengendalian penyakit perakaran yang disebabkan oleh jamur dapat dilakukan dengan membuat parit isolasi untuk mencegah penularan melalui kontak akar dari pohon yang terserang dengan pohon yang sehat.Pada parit isolasi yang dibuat dapat ditambahkan kapur atau fungisida.Selain itu dapat dilakukan penjarangan sanitasi dengan menebang pohon yang telah terserang dan membersihkan semua tonggak/tunggul dan sisa-sisa akar pohon yang terserang dan dibakar.
Penyakit busuk hati (heart rot) merupakan penyakit yang menyerang kayu teras.Penyakit ini disebabkan oleh hymenomycetes (dari kelompok basidiomycetes) yang menyerang selulosa dan lignin kayu. Jamur busuk hati umumnya adalah jamur pelapuk kayu yang saprophytic kosmopolitan atau parasit luka. Serangan busuk hati pada tegakan A. mangium menyebabkan kehilangan volume kayu hingga 17,5% .
Gejala serangan busuk hati diantaranya adalah perubahan warna kayu teras menjadi keunguan/hitam (warna gelap hingga kuning pada kayu yang sehat) kayu gubal menjadi hijau/coklat. Gejala awal pelapukan kayu teras agak sulit dideteksi tetapi akan tampak perubahan warna kayu teras menjadi agak gelap. Kerusakan tanaman oleh busuk hati sulit untuk ditanggulangi karena serangan jamur yang sudah berkembang pada kayu teras sulit untuk dihambat, tetapi kerusakan ini dapat dicegah.


 
KESIMPULAN

            Dari praktikum yang telah dilaksanakan praktikan dapat menyimpulkan bahwa penanggulangan penyakit pada tanaman lanskap harus se-efesien mungkin dan setanggap  mungkin agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Jarak tanaman (kerapatan) juga mempengaruhi persebaran penyakit sehingga perlu perencanaan dan perancangan lanskap yang baik dan benar.

 


DAFTAR PUSTAKA
Leonard J. F.  2001.  Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press St. Paul Minnesota.
Pracaya.1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Sastrahidayat, R. I. 2011. EPIDEMIOLOGI TEORITIS PENYAKIT TUMBUHAN. UB Press Universitas Brawijaya. Malang.
Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

PENYAKIT ANTRAKNOSA [Colletotrichum gleosporiodez (Penz) Sacc.] PADA ANGGREK (Arachinis sp.)



LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH DASAR-DASAR PROTEKSI TANAMAN (PTN 200)

PENYAKIT ANTRAKNOSA [Colletotrichum gleosporiodez (Penz) Sacc.] PADA ANGGREK (Arachinis sp.)
OLEH
KELOMPOK 1:
M Dahri Zikri Purba (A24100147)
Prihardini Mufti (A24100190)
Suci Novilani Suganda (A44110013)
Agung Govinda Arisudana (A44110044)
Rizka Irsalina (A44110050)
LOGO IPB.jpg

DOSEN:
Dr. SUPRAMANA

ASISTEN PRAKTIKUM:
1.      WIRATAZIA EL CHENTA    (A34100010)
2.      LUTFI NURHADI                   (A34100057)



DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


I.                  PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang
            Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
            Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias dan banyak yang menggemarinya karena bunganya sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas (Salinger 1985). Anggrek memiliki bentuk, warna dan ukuran yang beraneka ragam seperti anggrek yang memiliki bibir hitam sampai bergaris, ada yang berbau sampai yang tidak berbau. Itulah beberapa karakteristik anggrek yang menyebabkan anggrek menjadi salah satu tanaman hias yang memiliki permintaan yang tinggi di pasar dunia. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi, terutama anggrek epifit yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua (Balithi 2007) membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri dibandingkan tanaman hias lainnya sehingga banyak diminati oleh konsumen baik dari dalam maupun luar negeri.
            Tanaman anggrek banyak digunakan oleh orang-orang sebagai tanaman hias untuk memperindah taman ataupun pekarangan rumah dan jika dijual harganyapun cukup tinggi. Akan tetapi dewasa ini sering ditemukan hama dan penyakit yang menyerang anggrek sehingga merusak keindahannya.
            Kondisi musim hujan yang ekstrim di Indonesia dengan di tandai curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah satunya adalah penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak banyak membahas dan meliput serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang dapat mengakibatkan gagal panen  yang dapat merugikan petani.
            Anggrek yang digunakan tentunya harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan kerusakan pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang.

1.2.Tujuan
1.      Mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta meningkatkan kemampuan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.
2.      Memenuhi prasyarat praktikum Dasar-Dasar Proteksi Tanaman.




II.               PEMBAHASAN


Kondisi musim hujan yang ekstrim di Indonesia ditandai dengan  curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi, dapat memicu muncul dan berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang banyak menyerang pertanaman anggrek salah satunya adalah penyakit Antraknosa. Beberapa liputan di media televisi dan media cetak banyak membahas dan meliput serangan jamur ini pada pertanaman cabai yang mengakibatkan gagal panen sehingga merugikan petani.
Anggrek yang dibudidayakan tentunya harus terbebas dari serangan penyakit Antraknosa karena dapat menyebabkan kerusakan pada daun sehingga menjadi tidak indah dipandang. Selain itu pada gejala serangan Antraknosa pada daun Bulbophyllum yang meluas dapat mengakibatkan kematian pada tanaman anggrek. Antraknosa atau biasa disebut Antrachnose menurut Prof. Haryono Semangun (1994) disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosparioides (panz.) Sacc. Pada daun atau batang semu mula-mula timbul bercak bulat, mengendap, berwarna kuning atau hijau muda. Akhirnya bercak menjadi coklat dan mempunyai bintik-bintik hitam terdiri dari tubuh buah (Aservulus) cendawan. Pada umumnya bintik-bintik ini teratur pada lingkaran-lingkaran yang terpusat. Dalam keadaan lembab, badan buah mengeluarkan massa spora (konidium) yang berwarna merah jambu atau jingga. Pada bunga gejala dapat dilihat dengan terjadniya bercak coklat kecil-kecil, yang membesar dan bersatu sehingga menyelimuti seluruh bagian bunga. Daun yang terserang akan gugur akhirnya umbi akan gundul dan akan merusak keindahan bunga yang akhirnya menurunkan nilai jual bahkan tidak dapat dijual.
Antraknosa pada daun Bulbophyllum yaitu penyakit ini dapat menyerang anggrek dari Genus Dendrobium, Phalaenopsis, Cattleya, Oncidium, Coelogyne, Bulbophyllum dan lain-lain. Dengan kata lain, penyakit ini dapat menyebar luas pada genus-genus anggrek yang biasa di budidayakan. Cara penyerangan dan penyebaran dari penyakit ini dapat diakibatkan dari kelembaban disekitar pertanaman yang tinggi sedangkan aerasi (siklus udara) kurang, pori-pori daun atau luka pada pertanaman, percikan air atau akibat serangan serangga sebelumnya. Penyebab antraknosa adalah cendawan, maka tindakan pencegahannya adalah memusnahkan tanaman yang terserang, dan tidak memegang tanaman yang sehat sehabis memegang tanaman sakit, menggunakan rotasi tanaman yang baik, dan pengaturan jarak tanam agar lingkungan tidak terlalu lembab. Sanitasi dan drainase yang benar melakukan perawatan yang sebaik-baiknya, termasuk menjaga kondisi lingkungan agar jangan terlalu lembap. Secara fisik tanaman pun dapat mengakibatkan serangan penyakit tersebut. Seperti tanaman terkena luka bakar (plasmolisis) akibat sinar matahari, tanaman terlalu subur diakibatkan terlalu banyak pemberian pupuk Nitrogen (N). Jika antraknosa sudah menghebat, semprot dengan fungisida seperti Kocide 77 WP atau Cupravit OB21. Dosis dan aturan lainnya dapat dibaca pada label kemasan fungisida.
Antraknosa pada daun Phalaenopsis pengendalian penyakit ini alangkah baiknya dengan cara yang bijaksana. Bukan saja mengandalkan fungisida (anti jamur) berbahan aktif benomyl, zineb dan atau mancozeb. Tapi harus mengusahakan kondisi lingkungan yang tidak menyebabkan penyebaran penyakit. Seperti pertanaman tidak terlalu rapat, aerasi baik dengan kondisi tersebut kelembapan dapat meningkat, tidak menyiram pada saat kelembapan tinggi contohnya saat hujan atau mendung, tidak menyiram saat media masih basah. Selain itu dari teknik budidaya seperti menggunakan pupuk yang NPK berimbang dan tidak berlebihan, memotong bagian tanaman yang terserang agak tidak menyebar dan lakukan karantina dengan memisahkan dengan tanaman yang sehat. Untuk menghasilkan anggrek yang berkualitas baik, tentunya perhatian dan perawatan mutlak diperlukan. Penyakit tidak akan menyerang jika tepat perawatan dan tepat lingkungan.




III.           LAMPIRAN


http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/bulb.jpg?w=225&h=300http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/antraknosa_2.jpg?w=300&h=225
Gambar 1. Antraknosa pada daun Bulbophyllum
http://lcnursery.files.wordpress.com/2010/12/antraknosa_4.jpg?w=225&h=300
Gambar 2. Antraknosa pada daun Phalaenopsis



IV.            DAFTAR PUSTAKA


Anonim.  2009. Penyakit Antraknosa Tanaman Anggrek. http://simple420.blogspot.com/2013/02/antraknosa-colletotrichum.html#ixzz2Ow4vq1KO [16 April 2013]
Haryono Semangun. 1994. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta